Ketika kata-kata habis dari sumur rasa, mungkinkah hidup hanya saling pandang? Bergandengan tangan tanpa pernah menceritakan masa silam, atau berujar tentang harapan masa depan.
Semua terdiam, cuman melirik kemudian padam. Politisi kehabisan agitasi, para elit hanya diam menyaksikan, rakyat yang makin melarat, merontah karena tak tahu kepada siapa mesti menitipkan asa.
Kata-kata kan di impor dari ruang angkasa tak berudara, di perjual belikan bak permata tiada tara. Jangankan menjerit, mengaduh kecilpun bisa menjadikan kaya.
"Di cari yang masih mampu berkata-kata". Tidak perlu gelar diploma, tak usah mengerti bagaimana nasip ini mengarah.
Jaga baik kata-kata. Mungkin perang dunia ketiga berasal dari rebutan kata.
*****
Baganbatu, MaretÂ
2022Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H