Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sisa Perjalanan Malam

25 Februari 2022   06:48 Diperbarui: 25 Februari 2022   06:51 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia berjalan. Tak tergesah bahkan merasa harus terbang. Lewat lorong gelap pemikiran, melompat dari satu paham menuju puncak pencerahan.

Padahal masih gelap. Mata batin mencorong bak suar, mulut bijaksana tak umbar janji apalagi petisi, rela menjadi penonton dalam riuh tak terkendali.

Ia mampu. Melebihi kicau politisi berdasi basi, lebih di atas derajat para pencoleng bermuka bayi. Ironi yang tertahan, kemunafikan tak terjamah zaman.

Berjalan terus berjalan, di liku gelap dengan banyak bayangan tangan hendak menikam, memastikan arah kebenaran dengan pelita kebenaran yang hampir padam.

Hanya tinggal bara kebajikan, di genggam tapi membakar pemikiran, atau lepaskan saja tapi penunjuk arah segera musnah. 

Dalam gelap menggandeng malam, setitik cahaya lebih berharga dari emas permata.

*****

Baganbatu, februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun