Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sundiri

7 Februari 2022   06:37 Diperbarui: 7 Februari 2022   06:45 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sundiri, bocah gunung berkuku kayu dan pakis duri. Menatap hamparan kelapa sawit sambil memetik buah pelangi, berlari kencang di hutan keladi hingga matanya menari.

Tangis yang tertahan, gubuk reot di pinggir hutan larangan. Suara mesin penebang kayu menerbangkan harapan, semakin ciut nyali membayangkan masa depan.

Kemana perginya sungai jernih penuh ikan, mengapa tak lagi terdengar sapa hangat siamang dan kucing hutan.

Sundiri menatap masgul tempatnya di lahirkan, hilir-mudik truk pengangkut debu menyeramkan, meninggalkan deru betapa terpinggirkan sang pemilik lahan.

Sundiri hanya mengadu kepada Tuhan, agar sekolah berdinding papan tak menjelma penjara setan. Menilik kebelakang, bayangan bapak dan ibu tersenyum hambar, kan jadi apa kelak takdir anak semata wayang.

Sundiri.

*****

Baganbtu, februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun