Sekejap sebelum senja, sepasang merpati bertengger mesra di dahan jati, saling menceritakan kisah betapa tak sabarnya menanti. Kenangan dan melati, melakukan ritual suci menyambut datangnya penyempurna hari.
"Datanglah wahai penentu indahnya semesta".
Senja benar-benar tiba, dengan bermahkota cahaya jingga, senyum menawan meyapa mayapada. Seketika bersuka cita mahluk dunia, mendapat damai dan bahagia tak terhingga.
Dalam dekapan senja, sepasang kekasih bersumpah setia. Dalam bimbingan senja, nafsu angkara mahluk segera musnah. Damai yang damai, tenang yang menenangkan.
Langit membentangkan siluet keemasan, gunung bertafakur menyatakan ketakjuban. Laut, sungai, ngarai, lembah, mengalir dalam ritme penuh cinta.
Tapi senjapun di batasi usia, suka atau terpaksa, senja mesti menyerahkan tahta kepada gelap yang hendak meraja. Tanpa sempat mengucap selamat tinggal, tanpa pernah di hantar dengan lambaian tangan, senja melenggang sendirian dalam diam.
Kemana sang pemuja yang dahulu mengelu-elukanya? Kemana gerangan para penanti yang mengaku rela berkorban kasih? Berubah sekejap sebelum senja tiada.
Begitulah hukum dunia, di puja tatkalah di puncak sejarah, di lupakan tatkalah ujung cerita hendak paripurna. Senja telah merasakan sakitnya di puja dan di hinakan. Ribuan kali, bahkan higga akhir kisah kehidupan ini.
*****
Baganbatu , senja di kala pagi 2022