Dahulu, hutan adalah kumpulan pohon dengan semak belukar, tak bertengkar dengan ilalang, hidup rukun dengan putri malu dan anggrek bulan.
Dari utara ke selatan, auman harimau menandakan kedamaian. Lolong srigala gagah menyambut malam, kicau jalak goci riang menandakan siang.
Kini, hutan hanya kotak permainan. Tiga-empat pohon, satu atau dua kupu kebingungan, setiap hujan datang, setiap kemarau terbilang, hutan di sangka sumber kesengsaraan.
Hutan kota, hutan adat, hutan desa, semua menyimpan masalah. Kedamaian tergerus bersama erosi banjir bandang, Â keteduhan hilang di dekap rakus imajinasi keuntungan nominal.
Banyak tangan menghancurkan, sekian kepentingan berdalih undang-undang. Pohon di angkut ke perindustrian, hariamu dan jalak goci di jadikan hewan peliharaan.
Suatu hari nanti, hutan hanya tulisan penunjuk jalan. Tanpa pohon, tanpa belukar. Hanya musik sedih pegganti kicau dan auman.
*****
Baganbatu, januariÂ
2022Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H