Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sum Utari

30 Juli 2021   06:36 Diperbarui: 30 Juli 2021   06:53 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepenggal pagi sepetak sawah

Tangan menggapai harap meraih

Sum Utari menjerit memanggil benih

Air mengalir tak sampai

Telah ribuan tahun menjelma

Rumput dan gulma disangka perompak

Menangis ia tertutup tawa

Mata terpejam tak hendak menatap

Bukan salah padang berumput tinggi

Para kesatria pergi meninggalkan pertiwi

Berkuda atau berlari mati

Tinggal diam berarti banci

Sum Utari menyaksikan

Sum Utari merasakan

Setiap matahari menyiram pagi

Satu persatu kekasih bumi mati

Sampai kapan?

Seorang perempuan menjaga batas tegalan

Mengusir tikus dan sejenis hama pemakan

Siang menyaru sebagai topan

Malam meringkuk dalam dingin berhampiran

Sum Utari di suatu masa

Mungkin berganti cerita ketika senja

Mendirikan huma berbentuk cinta

Sum Utari, Sum Utari. jangan mati

#######

Bganbatu, akhir juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun