Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Perempuan Menyendiri Ketika Angin Mengucap Kabar

15 Juli 2021   18:50 Diperbarui: 15 Juli 2021   19:03 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Engkau tak berharap terang, menuruni titian sunyi, mencari sejenis ranting pembenci api. Berjalan dengan telapak kaki tertusuk duri, memandang gunungan kabut seakan itu muara mimpi. Sunyi dan sepi.

Pernahkah engkau menangis sejauh ini? Dua puluh delapan jarak umur penderitaan, sejumput surat bertinta putih transparan. Semua menjelmakan angan, bergandengan tangan ketika terang bulan, berlarian sepanjang pantai berpasir putih menyilaukan. Kenangan itu sungguh meruntuhkan.

Dan kini, ketika angin yang engkau puji sebagai sahabat sejati, datang menghampiri dengan segulung kabar dari kekasih. Telingamu tertutup perih, hatimu tak yakin angin masih teman bermain. Engkau benamkan kepala di lamunan pasrah, mengingkari segala berita sebagai ujung propaganda.

"Kekasihmu telah menikah lagi"

*****

Baganbatu, juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun