Lanang menangis, Lanang menjerit. Jari tangan terjepit uang dua triliunan, mata kelilipan apartemen mewah jalan Sudirman. Lanang belum siap menjadi jutawan, Lanang masih menikmati hidup sebagai gelandangan.
Lanang bernyanyi, Lanang melantunkan nada. Trilililili..... hari ini belum makan semenjak pagi, padahal uang di ATM sudah menanti.
Mana hidup bisa di nikmati, bila perut terus menerus penuh terisi. Bagaimana bisa mencintai diri, jika mata terlena segala serba mewah. Begitu pernah terdengar Lanang berkhotbah, bukan di televisi atau forum orang berada.
Lanang hanya penjelmaan cacing tanah, begitu pengakuannya kepada para serigala berdasi merah. Lanang terbuat dari tanah, dan akan kembali menjadi tanah.
*****
Baganbatu, juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H