Semakin ku kenang dirimu, purnama pucat muncul dari balik tirai jendela depan. Pias tanpa cahaya senyuman, layu bak bunga tersengat duka tiada terkira.
Balkon tempatmu menyembunyikan wajah. Kaca-kaca muram seiring perasaan sang tuan. Cahaya temaram menghapus setitik kehancuran, alamat sedih silih berganti mendandani.
Semakin ku kenang dirimu, jarak kita semakin menjauh. Dayung-dayung berlepasan dari sampan, tiang-tiang cakrawala mulai enggan menanggung beban. Derita yang tak terceritakan.
Semakin lekat wajahmu, semakin sendu dalam ingatanku. Semaki menebal rasa haru, semakin tumbuh perasaan itu. Purnama tetaplah purnama bagiku.
*****
Baganbatu, juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H