Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Perang

12 Juni 2021   06:59 Diperbarui: 12 Juni 2021   07:19 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bedil dan senapan menyalak disela senja. Rumpun bunga tumpas seketika, canda-tawa menghilang dengan sendirinya.

Lelaki muda dengan luka memanjang diwajahnya, memunguti selongsong amunisi sambil memadamkan mimpi. Rumahnya rata dengan tanah, ayah-ibunya terkorban dengan luka tembak di kepala. Entah kemana kini teman sepermainan, terkurung konflik atau terkubur diam-diam.

Perang membelah kota dalam delapan selerah. Fasis, nazi, agamis, komunis, kapitalis, berebut singgasana. Zionis, sosialis, mengepung kota demi ambisi semata. Yang mati dianggap hanya hitungan angka, darah tertumpah dianggap hal biasa.

"Mengapa kita menyukai perang? Benarkah seorang pahlawan butuh gelanggang untuk pembuktian". Lelaki muda dengan luka memanjang di wajah hendak bertanya. Kepada siapa?

*****

Baganbatu, juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun