Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Perempuan Cantik Berkacamata Tissu

11 Juni 2021   19:04 Diperbarui: 11 Juni 2021   19:26 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertumpu pada rumput dan seikat perdu. Malam semakin menjelang, siang hilang tanpa bayangan selamat tinggal. Memenuhi kodrat alam, menangisi segala yang tanggal. 

Langit pecah seiring duka, berserakan tawa menghina. Bianglala tiba-tiba putar arah, berhimpitan, tumpang-tindih dengan gradasi senja. Entah mengapa.

Tangiskah itu? Butir debu menyatu di kelopak matamu. Tetes hujan metafora kehilangan pegangan. Hanya sebentar, lama terasa menghujam perasaan.

Jika ini duka, mengapa berulang hingga malam tiba. Malukah kepada rembulan di puncak menara, irikah nyanyi serangga berdendang kasih dalam gulita.

Mengapa menangis?

*****

Baganbatu, juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun