Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Bocah-bocah yang Terenggut dari Masa Depan

4 Juni 2021   19:52 Diperbarui: 4 Juni 2021   20:06 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sudut kehidupan, jerit itu hanya merambat diam, perlahan bahkan sangat pelan, lamat-lamat pernah kita dengar. Kemudian terlupakan.

Bocah-bocah lugu, usia lima, enam, atau tujuh. Mengais rezeki di sepanjang jalan, memunguti serpihan hina yang disangka masa depan. Siapa peduli hari ini, siapa yang menangisi masa depan tak tersedia lagi.

Kaki berkoreng, mata cekung penuh ketakutan, tawanya hambar tanpa rasa gembira. Sedih tapi tak tahu wujudnya, menderita seakan inilah bagian karma.

Benarkah masa depan hanya milik mereka yang berada? Benarkah keberuntungan bukan milik bocah lugu yang diam membisu.

Tangan siapa sudi mengulurkan pertolongan? Kasih sayang, perhatian, perasaan diperlakukan sebagai manusia penuh kemuliaan.

****

Baganbatu, juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun