Selama mengarungi lautan kata, ucapan setia telah ku ucapkan dalam kadar tak terhingga. Menuntun liku tipu daya, menerabas semak berduri dengan langkah seirama.
Dinda, dikau menjadi tumbal prasasti setia. Senyumu hilang dipancung hianat tak bermata, airmata menjadi lentera betapa pedihnya perjalanan hanya sedepa.
Harus dikau lupakan, mestikah mampu dikau kubur segala kenangan. Satu tangan mengusap kerisauan, dua tangan menutup muka menyembunyikan luka parah seluruh jiwa.
Dinda, ku tinggalkan dikau tanpa isyarat tanpa pertanda. Semua yang terjadi secara tiba-tiba, segala yang kita susun hancur seketika. Sakitku semakin bertambah, pedihmu membuat segala obat tak mampu memperpanjang asa. Aku segera tiada. Selamanya.
*****
Baganbatu, juni 2021