Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Lamunan Sulastri

2 Juni 2021   19:05 Diperbarui: 2 Juni 2021   19:06 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riuh gending menyeret angin, sepoi-sepoi mencumbui melati dan kenanga, berbisik mesra melenakan kelopak jiwa serasa terbang ke angkasa. Di timang, di ayun, di ombang-ambing antara mimpi dan nyata.

Sulastri menghirup aroma mesra bunga syurga. Matanya yang bening, hidungnya yang lancip, bibir ranum tak henti menguarkan senyum. Rongga dada telah terisi bahagia, jiwa muda menemukan muara yang di damba. Kesetiaan, kerinduan, kesepakatan membagi sebentuk hati dalam ikatan. Pernikahan yang baru dikecap dalam sekejap. Abadi pengharapan.

Sejak kapan angin mengundurkan diri, entah berapa lama cicak-cicak liar mengunci mata dan pendengaran. Jatuh dalam permainan jiwa dan raga, berkecipak tuntunan hasrat menambang bahagia. Malam yang indah, semilir angin tak hendak meruntuhkan yang seharusnya dijaga. Puncak penyerahan tak terkira, pangeran dalam hayal atau nyata telah menjelma. Tetes keringat menambah dahaga, kincir angin berputar melenakan suasana.

*****

Baganbatu, juni 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun