Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sekuntum Kembang

31 Mei 2021   06:39 Diperbarui: 31 Mei 2021   06:45 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekuntum kembang, tumbuh dan memekar di meja kerja, membentuk sebuah koloni keindahan. Di sela kumpulan puisi, menyelip antara karya fiksi dan novel cinta lintas generasi.

Harumnya memenuhi ingatan, laptop tua bercengkrama kala ku tinggalkan. Ku dengar mereka berceloteh tentang masa depan, kembang menunggu layu sebelum tergantikan, laptop tua berharap cemas menunggu setelah gajian. Akankah dicampakan? Terlupakan bersama datangnya bilangan tanggal.

Sekuntum kembang, akar dan kelopakmu bertumbuh di hatiku. Mungkinkah mencabut sepermilimeter dari nyawaku, kan kemana denyut jantung bertumpu. Aku tak sanggup membayangkan.

Bersama lusinan pensil dan pena, ribuan sobekan kertas penuh coretan tanpa makna. Kan ku jaga laksana sang ratu diatas tahta, mengiringi tumbuh kemudian layu, berharap tetap datang keindahan memenuhi setiap ideku.

*****

Baganbatu, mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun