Sekuntum kembang, tumbuh dan memekar di meja kerja, membentuk sebuah koloni keindahan. Di sela kumpulan puisi, menyelip antara karya fiksi dan novel cinta lintas generasi.
Harumnya memenuhi ingatan, laptop tua bercengkrama kala ku tinggalkan. Ku dengar mereka berceloteh tentang masa depan, kembang menunggu layu sebelum tergantikan, laptop tua berharap cemas menunggu setelah gajian. Akankah dicampakan? Terlupakan bersama datangnya bilangan tanggal.
Sekuntum kembang, akar dan kelopakmu bertumbuh di hatiku. Mungkinkah mencabut sepermilimeter dari nyawaku, kan kemana denyut jantung bertumpu. Aku tak sanggup membayangkan.
Bersama lusinan pensil dan pena, ribuan sobekan kertas penuh coretan tanpa makna. Kan ku jaga laksana sang ratu diatas tahta, mengiringi tumbuh kemudian layu, berharap tetap datang keindahan memenuhi setiap ideku.
*****
Baganbatu, mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H