Mei menangis bersama gerimis, rintik kecil airmata langit mengungkit takdir. Tanah mulai gersang penuh gelombang, debu-debu beterbangan mencari kekasih abadi. Masing-masing jiwa membaca mei dan hujan dengan nada berbeda.
Padahal baru kemarin, aliran anak sungai bernyanyi gembira. Menghanyutkan rasa hingga ujung muara, mencubit mesra batu kali dengan nada gairah. Baru kemarin, hari ini kering-kerontang. Tak tertinggal kecuali kepiting batu, memandang langit dengan harapan hujan segeea tiba.
Haruskah ku cari, jejak tetes hujan di gulungan awan hitam. Agar pesona kekasihku tercium mengisi dada. Atau ku biarkan saja, setidaknya hingga lumut mengering dibalik fatamorgana.
Yakinku kepada hujan dan bulan mei, kekasihku kan kembali sebentar lagi.
*****
Baganbatu, mei 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI