Mengenangmu. Seraut wajah duka dengan binar mata hampir tiada. Padam, kelam, seperti senja yang di gelayuti awan hitam. Tak kuasa menceritakan, bahkan sekedar berkata-katapun engkau tak kuasa.
Sebegitu dalam hujan membunuh kemilau penantian, keindahan senja seketika tahluk tanpa isyarat. Semburat merah menagis dalam gundah, kaki-kaki cakrawala bertengadah mengucapkan pinta. "Tuhan, dosa apa yang telah kucipta, sehingga rinduku tergerus awan dan hujan".
Ini Mei. Penanggalan sakral dalam hitungan dukacita. Deret waktu penuh air mata tak berubah. Luka yang tercipta, penghianatan sebagai akhir cerita.
Setiap bulan mei, setiap senja dan hujan datang bersama, selubung duka kembali tercipta. Entah berapa kali meneteskan airmata, entah sudah berapa jauh jejak kecewa.
"Hujan, mengapa datangmu harus bersama senja. Mengapa di bulan mei ini harus menaburkan kenangan lama".
*****
Baganbatu, mei 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI