Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sungguh, Aku Membencimu

3 Maret 2021   18:45 Diperbarui: 3 Maret 2021   19:09 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh. Aku membencimu. Engkau mengawasi dengan mata tajamu. Memindai seluruh aliran rasa di urat nadi, menghitung dan mengkalkulasi, sebentuk emosi, getar dan denyut sambungan antara cinta dan benci. Antara cemburu dan benih kasih. Itu menyakiti. Tapi engkau tak peduli.

Harus kuakui. Matamu indah bila kuingat dalam mimpi. Bahkan aku hampir gila, kebencianku kepadamu ternyata berujung cinta. Entah ini sebentuk fatamorgana,  atau ini adalah permainan dewi asmara.

Sungguh aku membencimu,  tapi perlahan, sangat perlahan. Pelan-pelan aku jatuh hati kepadamu. Kepada kebencianku kepadamu, kepada ketidaksukaanku kepadamu, kepada antipatiku kepadamu. Aku malu.

Sungguh, aku membencimu.

*****

Baganbatu, maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun