Di zaman kekinian, menyatukan perkataan dengan perbuatan adalah hal yang sangat sulit di temukan. Banyak yang ahli berbicara, banyak yang mumpuni mengolah kata-kata bijaksana, tetapi kedodoran mewujudkanya dalam tindakan nyata.
Banyak contoh yang di pertontonkan oleh para elit di negeri ini, berkoar-koar berhamburan kata-kata heroik penuh janji manis, seakan mereka adalah orang-orang berhati lurus penuh kebajikan. Tapi apa nyatanya, mereka yang seharusnya jadi contoh dan panutan, ternyata kelakuanya bertolak belakang dengan ucapan.
Nah, di tengah-tengah kegersangan akan tokoh yang bisa di jadikan contoh dam panutan, di tengah kerinduan akan hadirnya figur yang bisa menyatukan dan menyelaraskan perbuatan dan ucapan, figur seperti pak Tjip bagaikan oase yang menyejukan di padang gersang kehidupan.
Saya mengenal beliau (pak Tjiptadinata Effendi) jauh sebelum saya bergabung di rumah besar Kompasiana. Lewat tulisan-tulisan yang rutin beliau unggah, seakan lautan ilmu yang sangat bermanfaat bagi ummat manusia.
Ada tiga hal yang menurut saya menjadi kekuatan dan kelebihan dari beliau. Pertama adalah kemampuan dan kemauan beliau untuk konsisten antara ucapan dan perbuatan, menyatukan niat baik dan tindakan bijak di lapangan kehidupan.
Kelebihan beliau yang kedua adalah cara pandang beliau yang selalu oftimis dan berprasangka baik tentang kehidupan. Betapapun pahit dan sulitnya hidup yang harus di jalani, pikiran positif yang bisa menimbulkan energi positif kehidupan tetap beliau utamakan.
Dan ada satu lagi yang betul-betul membuat saya kagum adalah kerendahan hati beliau dalam pergaulan dengan semua manusia. Tanpa mempersoalkan asal-usul, keyakinan, pangkat atau jabatan, pak Tjip menjadikan siapapun sebagai sahabat. Di era intoleransi yang mulai meracuni pikiran sebahagian manusia, sosok pak Tjip mampu dan bisa menjadi contoh bahwa persahabatan dan persaudaraan sesama manusia itu tidak harus di batasi oleh perbedaan.
Mengapa pak Tjip mampu dan bisa menjadi pribadi yang patut menjadi contoh dan teladan bagi semua orang? Tentu ada rahasia dan kekuatan tertentu yang selama ini turut mendorong beliau.
"Di balik pria yang sukses dan berkarakter baik, pasti ada perempuan tangguh dan luarbiasa yang mendampingi." ungkapan ini rasanya cocok betul dengan pribadi pak Tjip. Lalu siapakah perempuan tersebut?
Beliau adalah ibu Lina (ibu Roselina Effendi). Perempuan tangguh yang sangat luarbasa. Halus dan keibuan, tapi sekokoh karang dalam menghadapi derasnya terangan gelombang kehidupan. Sekian puluh tahun menjadi patner yang handal, pendamping hidup yang mampu menjadi kekuatan mahadahsyat dalam mengarungi kehidupan.
Sekian puluh tahun dalam cinta dan kesetiaan, menjadikan pak Tjip dan ibu Lina adalah contoh nyata dan sempurna bagi siapa saja. Â Keluarga harmonis, bahagia hingga hari tua, saya rasa itu adalah cita-cita semua orang di dunia.