Dikau menyembunyikan bayangan, harapan rindu kan menemukan angan, membiarkan detak irama sepi melambari permukaan bumi. Menguar, menempel pada lusinan hati, menjadi sebab terkuaknya samudera hening. Gelap tak bertepi, tak peduli seandainya cahaya menyelinap merayu hati.
Gelap menghampiri. Mencengkeram kenangan, membiarkan  beralihrupa menjadi mimpi panjang. Dikau menjadikan gelap sebagai sandangan, tak merelakan jika ringkik jangkrik hendak memalsukan.
Meletakan tahta antara ada dan tiada, menghadirkan sulaman misteri menjadikan dikau semakin tak terjamah.
Dikau hanya hamba pelaksana titah, tapi sejak senja membunuh sang surya, singgasana raja adalah nyata. Dan dikau menikmatinya.
Di sudut jalan, pekik-pekik kesombongan dikau bungkam. Raungan-raungan kemunafikan dikau tenggelamkan. Sampai kapan?
Aku menanti jawabanmu yang tertinggal di onggokan buram.
*****
Baganbatu, januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H