Ayah, apa penilaianmu tentang diriku. Anak lelakimu yang dulu engkau timang penuh haru, bayi kecil yang sering merepotkan siang malamu. Engkau begitu menyayangiku, hingga aku menyangka diriku putra raja. Dan engkau, rela berperan bak pelayan menghaturkan darma.
Ayah, aku anak lelakimu kini beranjak dewasa. Masih seperti dulu, sering menyentuh rasa marahmu, menggangu tidur malam dengan risau membelenggu.
Nasihatmu ku campakan di sela tawa teman-teman, pituturmu ku kubur bersama serbuk putih sebagai penghibur. Entah setan mana kini menjadi tauladan, entah iblis macam apa sering menggandeng tangan. Aku yang telah salah jalan, aku yang membangkang karwna tak tahu tujuan.
Ayah, apakah engkau sering merindukanku, anak lelakimu yang tak pernah mencium kakimu.
Ayah, aku ingin bersimpu di pelukanmu. Memohon ampun segala salah di waktu lalu.
Ayah, maafkan aku. Anak lelakimu.
****"
Baganbatu, desember 2020Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI