Lihat senyumnya, tidak ada kepura-puraan di sana. Garis wajahnya menampilkan sesuatu tanpa rekayasa, tak terpaksa, meluncur dari kedalaman jiwa.
Beda dengan kita, para manusia yang mengaku dewasa. Senyum bisa di jadikan senjata, senyum tempat menyembunyikan segala tipu daya. Memulai dengan senyum, di akhiri dengan air mata. Itulah kita.
Apa adanya telah menjadi barang langka, tidak di kota, tidak pula di desa. Senyum seperti lelucon srigala, menyembunyikan nafsu memangsa dengan sempurna.
Aps adanya telah lama di tukar rupiah, di barter kursi kuasa, di anggap sampah hingga di buang ke angkasa.
Apa adanya telah mati seiring masa, tak di jual lagi di plaza, tak di cantumkan di menu restoran bintang lima.
*****
Bagan batu, desember 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI