Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Tresno Tiwas Segarane Awu

7 Desember 2020   19:22 Diperbarui: 7 Desember 2020   19:36 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbilang tahun kehilangan, kematian pangeran Sunirat Jiwo melabuhkan sengsarane ati. Siang di tentang kenangan, malam pula mimpi berganti bayangan kelam menakutkan.

Keputren ageng sunyi tanpa bunyi, detak gendinge kenong  motoati sirno sak dhurunge wengi.

"Duh Gusti, kemana kan ku labuhkan perasaan pedih. Bila rimbun melati tak mampu mengarak diri, sedang kenanga memilih layu sebelum tersentuh ujung jari".

Wanita ayu bermata jelita, ratune bidadari tahta angkasa, mengusap air mata berwujud intan memercikan darah. Gelisah menantikan tarian rembulan di ujung dahan, mata tak mampu terpejam, hati meronta mengenangkan.

Entah lusinan kata para dayang turut menyembah, berharap luruh sebuah titah seorang raja. Tapi sampai kokok sawung alas brombos mengetuk bosan, janji adalah pati, mengingkari berarti menghianati penantian sejati.

*****

Bagan batu, desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun