Di sudut ruangan, dalam temaram mencipta kebimbangan, engkau meraung menumpahkan segala kesal. Hati yang tersakiti, perasaan yang menanggung perih, derita dan malapetaka silih berganti menghampiri.
Di genangan air mata pedih. Engkau menyebut nama kekasih ribuan kali, berharap segala sedih adalah mimpi, berharap semua berakhir bersama isak tangis yang mulai mengering. Lama sekali.
Setiap kali cahaya menerpa, wajah manismu seketika berubah, lesung pipit menjadi kubangan derita tak terkira, mata jeli telah penuh oleh himpitan dosa berwarna merah. Engkau membenci cahaya, engkau takut hitam pekat masa silam kan terpampang di depan mata.
Menangislah kepada butiran masa lalu yang menikam, merataplah, agar musnah segala beban penghimpit kehidupan. Sedetik lagi, engkau pasti menemukan.
*****
Bagan batu, desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H