Telah lama, jalan kecil berkerikil menyesatkan langkah. Membiarkan tapak kaki merontah, setiap kali jejak tercipta di tanah basah. Entah sudah berapa jauh hatiku tertipu, menyusuri galau yang tak menentu.
Setiap persimpangan. Kutemukan jutaan lukisan wajah  dengan aneka hiasan. Senyum yang dibuat-buat, tawa garing penuh polesan, atau tangis yang terasa hambar tanpa kepedihan. Semua dalam satu fragmen, semua terasa menjemukan.
Hingga hari ini. Di ujung perbatasan naluri dan hayali, di serambi fakta dan fiksi yang tak terbelah, langkahku terhenti, jalan kerikil telah berganti. Tapak kaki tak menemukan pijakan, Â sekedar menyalurkan hayal dalam bayangan.
Mungkinkah ini akhir perjalanan? Mengapa yang kucari belum jua memunculkan. Bahagia perasaan, teduhnya kehidupan.
*****
Baganbatu, 6 november 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H