Duh Biyung, sukmaku seketika suwung. Menyaksikan pagi menjemput mentari, berjalan mesra bergandengan tangan menuruni lelakon bumi. Tertawa di antara cericit awan menyentuh nurani, meninggalkan iri menggores sanubari. Pagi memeluk mentari sepenuh hati, padahal ini adalah kehadiran yang berulang triliunan kali.
Kembang di taman asyik berdandan, berceloteh betapa kehangatan mulai menjalari tangkai hingga menghujam, kelopak menawan, benang sari kenikmatan, hingga tulang sumsum akar menghisap habis sari kehidupan.
Kesetiaan macam apa yang sedang dipertontonkan, sejak Adam dan Hawa masih bertahtah di swargaloka, sejak alam semesta tercipta dalam tujuh takdir penciptaan. Mentari tak pernah ingkar janji, pagi setia menunggu meski gelap sering kali menghalangi
Duh Biyung! Sukmaku suwung.
****
Baganbatu, 13 oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H