Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Nadia, Sedihmu (Bagian 1)

28 Juni 2020   06:32 Diperbarui: 28 Juni 2020   07:16 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di pelataran juni mendekati akhir, dalam gerimis kecil menitikan percikan sedih. Wajah ayu terkurung sendu, senyum manis habis terlindas tangis.

Nadia, sedihmu. Engkau jadikan tetes air mata sebagai ungkapan, seribu duka cita masih engkau simpan. Dalam laci hatimu, dalam gersang penuh perih rasamu.

Nadia, sedihmu. Kekasih hati telah pergi membakar janji, meninggalkan abu penyesalan tak terbayangkan sejak mula lagi. Ucapan sumpah merana terbawa serta, sehidup semati ternyata dusta.

Nadia, sedihmu. Batas putus asa dan harapan kini engkau lalui, tiap sebentar menoleh kebelakang menabur perih.  Jejak penghianatan berlari mengejar kemana engkau pergi. tak henti, mencabik dengan kekejaman yang tak engkau mengerti.

Nadia, sedihmu.

Bagan batu,juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun