Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Keadilan Merah Kuning Kelabu

14 Juni 2020   06:33 Diperbarui: 14 Juni 2020   06:33 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya keadilan dicampakkan. Dilemparkan ke riam-riam kesadaran, terbungkus kabut gelap kepentingan, disamarkan antara kesucian dan kemunafikan. Terbelenggu dengan kata manis penuh polesan.

Aku marah! Kepada siapa?

Aku murka! Untuk apa.

Aku pasrah! Begitulah kenyataanya.

Aku muak! Jijik! Mengutuk! Tapi apa daya.

Keadilan bagai di awang-awang, tampak nyata dan indah dalam pandangan, penuh jebakan hendak meraihnya. Dipertontonkan dengan gaya dagelan, disuguhkan dengan aneka kebusukan sebagai bahan dasarnya.

Apa hendak dikata, tinggal menunggu keadilan Tuhan sebagai pamungkasnya. Tinggal menunggu kemurkaan Tuhan sebagai penutupnya.

Air mataku. Tak berfaedah.

Duka hatiku. Tak menyentuh mereka.

Keadilan seperti permainan bola di lapangan, oper kanan, oper kiri, masukan gawang. Dan kita? Hanya bisa berteriak dari kotak kaca persegi.Bagan batu, Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun