Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kinanti, Jika Pertemuan Ini Terjadi [Bagian 2]

4 Juni 2020   07:31 Diperbarui: 4 Juni 2020   07:31 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di alam bawah sadar, di antara kerdipan mata dan denyut jantung, ada tertinggal kenangan untukmu.  Sejumput kembang mawar merah telah tertanam, telaga berwarna ungu sulit ku bayangkan, ada jutaan ornamen kapal kertas berkerlip bintang.

Itu malamku, berbagi kisah dengan rembulan, menceritakan tentang kekejaman rindu tega memancung. Hatiku, jiwaku, membawa terbang asa yang dulu pernah terjaga di antara kita.

Kinanti, tersadarku terantuk kelembutan hatimu, menjuntai memanggil dalam sepi  membunuh beku. Betapa ingin mengulang kisah lama kembali baru, agar tak tenggelam penyesalan menyesakan kalbu.

Kinanti, kan ku urai satu persatu hayalku, kan ku bentangkan kenangan manis tentangmu. Tentang setiamu, tentang harapanmu, tentang segala hal yang membuat hatiku luruh, mencukupkan nyalimu untuk menunggu sekian waktu, padahal diriku tengah di amuk ambigu.

Engkau terlalu agung untuk tertipu.

Engkau terlalu suci untuk tersakiti.

 Engkau terlalu mulia untuk mengecap segala perih.

Engkau terlalu halus musti tercabik pahitnya janji.

Dalam kepedihan engkau masih memegang janji, membiarkan rasa nyeri menjalar menggerogoti hati, memasrahkan segenap setia walau membakar diri, merobek hingga berdarah ulu hati, membakar dan menghanguskan dengan jilatan panas melebihi merapi.

Kinanti, dalam malam yang mendekati fajar semburat putih, terjagaku oleh janjiku dan janjimu yang pernah ku nodai. Malamku tersandera oleh penyesalan, ragaku tertinggal  di kesunyian, sedang jiwaku tengah mengetuk pintu maafmu, mengharap engkau mendengarku dari alam nirwanamu.

Kinanti, harus ku akui, aku telah mengingkari janji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun