Jurang tebing terjal di jangkauan pukul 3.36 wib pagi hari. Kabut masih merasuki alam mimpi, dedaunan sesekali menggeliat di pangkuan embun pagi. Sesekali yang mewakili hayal tingkat tinggi, sesekali yang memenuhi hasrat berdamai dengan keinginan menata persediaan bekal hari.
Sebentar lagi. Dalam hitungan detik yang melambung membentuk ilusi, dahan cemara menari dalam ritme maestro bermain koreografi. Kadang meliuk mempertunjukan kelenturan diri, kadang melompat dengan semburan energi yang tak bertepi. Sejurus kemudian terdiam dalam tapa berdimensi spiritual mumpuni, meningglkan jati diri yang di penuhi tepuk tangan puja dan puji.
Jejak tapak kaki di tanah keras tak berpori, arah melintang memunggungi jurang tebing terjal terus mendaki. Menerobos kabut yang memutih, menyibak onak duri bermaksud merintangi, hingga akhir pencarian di putuskan dalam sepi dan sendiri. Benar-benar sendiri.
Bagan batu, di penghujung mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H