aku datang. Â Bersama gelap ingin menggenapi, berpijak kepada ranting dan rumput kering menitip puisi, bait-bait dalam syair mewakili. Dalam rindu yang tak terkendali, dalam jumpa yang terus tertunda setiap kali. Entah untuk yang kesekian kali.
Aku pulang. Aku tak menemukan apa yang aku cari, membawa makna tentang apa yang segalanya tak ku mengerti. Seperti ilusi relah bertahtah di negeri mimpi,  rela mengabdi  pada hayal dan melayani. Setahun sekali.
Aku datang dan pulang, Â berulang dan terus terulang, ketika rindu hendak di obati, menagih janji kepada waktu yang hendak merekam mimpi. Hadirkan makna hakiki dalam sekantung janji, terlalu tinggi bila di kaji, terlalu luas untuk sekedar memahami.
Datang membawa hayal, menetap sekedar mencuri mimpi. Pergi ketika pencarian menyentuh ujung pagi, Â tak kembali hingga bilangan waktu bertemu di suatu hari. Setahun sekali,Â
Ritme pengembaraan dalam perjalanan panjang, siklus batiniah tertancap pada kenangan. Setahun sekali yang mengguncang, setahun sekali yang mampu meremukan batu penghalang. Setahun sekali yang tetap terkenang.
Bagan batu, mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H