Telah menua di makan usia, wajah manis hilang berganti amis, warna kulit pudar di himpit telapak kaki. Menjerit pun tak di tanggapi, menangis pun hanya seumpama gerimis, romantis di awal terlupakan kemudian.
Berkongsi dalam kehinaan, melupakan sejurus setelahnya. Pengorbanan hanya di pandang sekelebatan, kesetiaan hanya bergaris tipis di ingatan. Kapan pertama bersama, kapan seringkali mencampakanya.
Hanya hamba bagi pemiliknya, hanya menunggu titah sang penguasa. Tak pernah meminta melebihi yang tercipta, tidak meronta walau waktu adalah derita. Lima dasawarsa aku belajar keikhlasanya, namun setetes hikma belum mampu menandingi derajatnya.
Bagan batu, Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H