Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Wulandari, di Antara Batas Mimpi dan Angan Menempah Sunyi

6 Mei 2020   08:43 Diperbarui: 6 Mei 2020   09:05 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlahan bayangan wajahmu mulai memudar, manis senyumu, dua lesung pipitmu, hingga gambaran jernih dua matamu. Memudar seiring angin beredar, menguar dalam ruang imajinasi yang sulit di mengerti. 

Baru tadi pagi kejadian ini terjadi, menyempal dari kebiasaan yang engkau lalui. Piring kotor berserakan di atas meja makan, dentang suara jam tak beraturan meningkahi kepanikan. Perjalanan melewati ubin putih terasa menyita seluruh energi, tangis yang tertahan, harap-harap cemas berhamburan, setiap ruang menampilkan jerit tangis bersahutan.

Genggaman tanganmu seperti menemukan ruang hampa, terpotong tirai cahaya, satu jiwa dengan dua dunia saling memperebutkan kuasa. Ini rasaku terakhir, ini mungkin batas antara memiliki dan merelakan.

Perlahan , sangat perlahan.

Samar-samar tangismu membekukan

Tapi jiwaku segera melesat meniti titik kecil penghabisan

Hanya namamu sempat ku eja dengan perlahan

W-U-L-A-N-D-A-R-I Selamat tinggal

Bagan batu, Mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun