Hadirmu merajuk misteri, meresapi seduhan manis dingin yang tak terkendali, rona hitam kecoklatan dalam bingkai siang yang alami. Rintik pertama berbentuk melodi menerpa hati, bersama uap panas engkau menjangkau kedalaman naluri. Mengental dalam ingatan hakiki, berputar-putar melingkupi pemahaman tentang apa ini.
Mei telah sepi dari cangkir besar bayangan, larut dan menyatu dalam kubangan rasa manis dan dingin tetes hujan terakhir, benar-benar terakhir.
Bagaimana aku akan menceritakan fenomena ini, sedang jejakmu menghilang di balik  tabir. Aroma yang mengudara, prasangka yang mendera, bahkan butiran gula mulai mengkristal menyangkal fakta. Sungguh luar biasa untuk otak kerdilku mencerna, butuh nyali besar sekedar mencuplikan gambar. Hadirmu dan pergimu.
Untuk sementara, biarlah ku simpan apa yang terpendam
Entah kapan, ketika kekuatan berhasil menceritakan
Tentang hadirmu, tentang pengembaraanmu
Tentang diriku, tentang ketidak berdayaanku
Bagan batu, mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H