Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kampung Halaman

4 Mei 2020   12:01 Diperbarui: 4 Mei 2020   12:15 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayuk ku ceritakan padamu, sawah ladang kering-kerontang, batang-batang padi menua sebelum waktunya. Mata air di kaki bukit penuh bui, aliran sungai berwarna coklat kehitaman. Itu kampung halaman kita, tempat sebahagian jiwa tertinggal di sana.

Petani di ajarkan bertanam secara virtual, bibit padi di semai dalam layar sepuluh inchi. Tak perlu sesaji apalagi ruwat diri, tak usah bersemadi mengurung nafsu hewani, teknologi memberi janji, petani kini seragam memakai dasi.

Lumpur telah mengering karena bosan,batang gulma meringkuk sendirian di pematang sawah. Burung pipit kesulitan memecahkan faswoed dan kata sandinya, menembus latar kaca, mematuk bulir padi yang kosong isinya

Saung telah lama kosong dari cengkrama, gotong-royong musnah tergantung paket data. Aliran air membelok tak mengaliri sawah, hujan berganti siraman pesona negeri pemangsa. Siapa menanam bukan masalah.

Pulanglah setelah corona reda, tanam kembali sawah ladang, hijaukan bukit gundul tempat penggembalaan. Ku tunggu pulangmu, ku tunggu kisah lain untuk anak cucu.

Bagan batu, mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun