Untukmu. Tempat aku menitipkan anak cucu, sekaleng biskuit sebagai bekal pengembaraan, sekantung besar biji mahoni sebagai bantal. Ku percayakan setiap jengkal tanah persada engkau genggam, ku biarkan mutiara hitam engkau sulap menjadi nominal. Leluasamu menuliskan undang-undang, seleramu menentukan mana kebenaran sebagai sandaran.Â
Untukmu. Celotehmu ku anggap penyangga langit, sikap jalanmu tolok ukur memerdekan bumi. Tanpa komentar tanpa tendensi, tanpa kritikan tanpa koreksi. Lajumu ku ikuti, arahmu telah lama aku pedomani.
Untukmu. Ku tarik ulang pengasuhan, ku tinggalkan surat wasiat di bawah bantal, "Untukmu, ku selamatkan anak cucu dari kemarau panjang, kan ku bagi ulang biskuit merata setiap simpang. Nominal ku tanam kembali berwujud mutiara hitam."
Untukmu. Ini bentuk keprihatinanÂ
Bagan batu, April 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI