Mendung itu datang lagi, mengabarkan agar rintik hujan kembali datang. Menyirami perasaan yang mulai gersang, tercabik dan terbakar aneka kepanikan.
Rintik pertama mengetuk pintu tak berapa lama. Menuturkan kisah perjalanan yang amat tergesa dari angkasa raya, menitip salam kepada alur samudera tempat ia berasal mula.
"Duduklah di singgasana hati" pintaku pada sang hujan berulang kali. Tapi sekejap kemudian ia telah pergi, seperti mendung dan badai yang mendahului, kilat dan petir memberi ingat berulang kali.
Tetes terakhir telah bercampur air mata yang mengalir, unggahan perasaan yang tak tertahan menjelmakan isi hati. Tangis dan hujan menyatu dalam bayangan pelangi di kaki awan, mengucapkan selamat tinggal dengan senyuman.
Dua kali hujan menancapkan kenangan hari ini, jutaan pertanyaan belum sempat terjawab dengan tetes terakhir membasahi. "adakah keteduhan setelah bunyi guntur menyambar relung hati?"
april 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H