Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hujan Dua Kali Sehari

15 April 2020   07:02 Diperbarui: 15 April 2020   07:09 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendung itu datang lagi, mengabarkan agar rintik hujan kembali datang. Menyirami perasaan yang mulai gersang, tercabik dan terbakar aneka kepanikan.

Rintik pertama mengetuk pintu tak berapa lama. Menuturkan kisah perjalanan yang amat tergesa dari angkasa raya, menitip salam kepada alur samudera tempat ia berasal mula.

"Duduklah di singgasana hati" pintaku pada sang hujan berulang kali. Tapi sekejap kemudian ia telah pergi, seperti mendung dan badai yang mendahului, kilat dan petir memberi ingat berulang kali.

Tetes terakhir telah bercampur air mata yang mengalir, unggahan perasaan yang tak tertahan menjelmakan isi hati. Tangis dan hujan menyatu dalam bayangan pelangi di kaki awan, mengucapkan selamat tinggal dengan senyuman.

Dua kali hujan menancapkan kenangan hari ini, jutaan pertanyaan belum sempat terjawab dengan tetes terakhir membasahi. "adakah keteduhan setelah bunyi guntur menyambar relung hati?"

april 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun