Rutinitas tahunan yang selalu terulang setiap di akhir ramadhan dan menyambut lebaran adalah  ramai-ramai mudik kekampung halaman. Apapun yang terjadi, bagaimanapun keadaan keuangan, mudik adalah sesuatu yang harus di lakukan.
Umpama sayur tanpa garam, lebaran tanpa melakukan mudik adalah hambar. Kira-kira begitulah pandangan sebahagian ummat muslim Indonesia selama ini. Berdesak-desakan di angkutan umum semacam kereta api atau bus adalah hal biasa, nekat mudik dengan menggunakan sepeda motor juga sesuatu yang lumrah. Tujuanya hanya satu, lebaran bersama keluarga di kampung halaman.
Kini di saat keadaan terasa genting karena wabah virus corona, di mana situasi sedang tidak kondusif, adakah ritual mudik harus tetap di lakukan? Ataukah mudik lebaran harus ditiadakan.
Bagi kalangan penganut fanatik mudik lebaran, mau ada wabah atau bencana mudik lebaran adalah sesuatu yang harus bahkan wajib hukumnya. Bahkan ada kalangan yang lebih fanatik lagi yang merasa semakin banyak halangan, semakin berkualitas rasa mudiknya
Sebuah pendapat yang sah-sah saja. Bukankah setiap orang punya hak untuk menyikapi sebuah keadaan dan peristiwa sesuai dengan kemampuan pemahamanya. Bagi yang tidak sependapat tentu harus dengan lapang dada menerima pendapat itu. Begitulah kaidah dalam berhubungan antar manusia.
Tapi bukankah lebaran itu seharusnya tidak identik dengan mudik? Bukankah lebaran itu adalah sebuah peristiwa keagamaan yang seharusnya bisa dan mampu meningkatkan kepekaan dan kejernihan hati seorang muslim dalam bersikap dan bertindak?
Silaturahim itu penting, bahkan sesuatu yang sangat dianjurkan dalam agama. Tapi bukankah silaturahim itu bisa dilakukan dengan banyak cara? Mudik lebaran adalah salah satu cara bersilaturahim yang telah berpuluh-puluh tahun di lakukan dan dilanggengkan.
Kini di saat situasi sdang tidak kondusif, di mana wabah virus corona melanda, mana yang lebih utama dan lebih afdol antara keselamatan diri, keluarga, orang-orang tercinta, dan sanak keluarga. Dengan hanya kebutuhan berkumpul setahun sekali di saat lebaran tiba.
Puasa ramadhan yang akan menjadi ibadah setahun sekali sebelum lebaran tiba bertujuan menjadikan ummat islam menjadi manusia yang berkualitas secara keimanan dan ketaqwaanya kepada ALLAH. Dan menempatkan suatu perkara pada tempat dan porsinya bisa jadi menunjukan bahwa kita memiliki kualitas iman yang mumpuni.
Mulai saat ini kita semua harus berani meyakinkan diri sendiri, kemudian merubah pola pikir terhadap makna mudik bagi seorang muslim, bahwa mudik itu bukan sesuatu yang wajib dalam menyambut lebaran.
Apalagi di zaman serba teknologi komunikasi yang modern ini, silaturohim bisa kita lakukan dengan banyak cara dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Tentu semua keluarga dan sanak famili maklum dengan keadaan yang sedang terjadi di dunia saat ini, sehingga mudik lebaran bukanlah sesuatu yang harus terlalu menyita perhatian bahkan anggaran.