Perjalanan sang waktu mungkin mendekati akhir, ketika kehidupan di penuhi penyangkalan takdir. Risau tersebab wabah yang melanda, ketakutan tersebab bencana yang mendera
Malapetaka menjadi garis pembatas keyakinan. Tuhan semakin dekat atau semakin jauh dalam pandangan. Semua terpulang kepada hati nurani menempatkan, memilah dan memilih sesuai kadar iman
Tuhan sering terlupakan di setiap peristiwa, seakan-akan kita terbentuk dari pecahan meteorit. Lupa siapa sejatinya diri, hanya dari gumpalan tanah yang beruntung di beri nyawa
Tuhan mulai diabaikan. Bahan pangan, rasa nyaman, yang lebih di utamakan. Kemana perginya iman yang setipis kulit bawang? Kemana tercerabutnya keyakinan bahwa kita adalah makhluk ciptaan Tuhan.
Bersembunyi dan lari dari kenyataan, berharap ada tuhan lain yang bisa menyelamatkan. Mengapa tidak bersandar kepada sang pemilik kehidupan? Mengapa mesti menghindar dari keyakinan yang pernah di tanamkan
Tuhan tidak pernah lelah mengurus hamba-hambaNYA. Memandang dengan rahmat yang melingkupi langit dan bumi. Selamanya.
Bagan batu 22 Maret
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H