Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Rembulan Tersesat di Pertengahan Malam

6 Maret 2020   22:22 Diperbarui: 6 Maret 2020   22:19 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku percaya kepada apa kata para orang bijaksana, menukilkan kalimat penuh makna di setiap membasahi lidah, melangkah dan menyapa dengan rasa di dada. para waskita tanpa senjata yang menusuk dada, tanpa racun membunuh yang mengotori jiwa. Seperti embun di pangkuan fajar, laksana kelopak mawar di taman kesempurnaan

Aku merasa tengah bercermin di atas bianglala. mencocokan  iris mata dengan fatamorgana, meletakan otak kanan tak menyalahi kedudukan. Seribu bayangan tercipta dari satu kejadian, seribu aib dan salah melatari penyesalan. Setelah mematut lagak diri tentang kesombongan, mengerdilkan kebajikan meninggikan kealfaan

Malam di saat rembulan tersesat dari peredaran, kuku tajam seakan merobek kesadaran sebagai makhluk tuhan. Mengabaikan seruan adalah kebiasaan yang membanggakan, mencipta panasnya neraka masih di anggap sebagai kemuliaan. Ini kedunguan yang terus berulang, menutup pencerahan yang senantiasa mengiringi perubahan zaman

Yakinku rembulan kan menangis malam ini, tersebab jalan pulang telah ia kunci sejak ia membenci

Bagan batu, sambil menanti rembulan kembali lagi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun