Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menuai Badai di Beranda Senja Hari

1 Maret 2020   19:28 Diperbarui: 1 Maret 2020   19:26 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore ini. Aku masih menuliskan sebait puisi tentangmu, kertas berserakan di lantai kamar, langit-langit ruangan di penuhi aroma kebuntuan. Begitu sulitnya mengeja kata, alangkah sulitnya menempatkan titik dan koma. Gambar wajahmu senantiasa menghias dinding kamar, tangis dan air mata seakan menenggelamkan seluruh angan

Engkau yang di balut kepedihan. Hijrah meninggalkan segala kemewahan, mengikuti arus keinginan untuk mewujudkan impian. Tapi aku telah memberangus asa, menguburnya dalam duka, menindihnya dengan kesedihan hati yang terus mendera

Badai itu tercipta dari salahku memaknai setia. Membiarkan dirimu rapuh di hempas curiga, mengoyak dan mencabik satu-satunya hati yang tak ku jaga. Engkau telah membuktikan arti kata  cinta, tapi aku meremukan dengan hianat pula. Kini badai itu telah tercipta. mengunjungi beranda hati setiap senja menjelma, memporak-porandakan serpihan bangunan yang sejujurnya telah renta dan menua, rapuh di gerogoti amarah dan prasangka

Kini ku tahu artinya nelangsa, membiarkan hati terbakar dalam tungku gelisah, menyerahkan nasip kepada permainan janji dan sumpah. Dan badai itu telah mewakili semua yang engkau rasa. Sedihmu, patah hatimu, amarahmu, bahkan semua impian indah yang berakhir dengan prahara

Maafkan salahku. Badai itu seharusnya menjauh dari hidupmu

Bagan batu, awal Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun