Semakin jauh ku berjalan, terasa perbendaharaan gambar memenuhi dasar kesadaran. Setiap riak kehidupan tergambar jelas dalam ingatan, membentuk garis-garis jelas tentang makna yang hakiki. Tumpang --tindih tapi mampu memberi arti, berseliweran laksana kilat tapi memberi kesan menggores hati nurani
Usia bukan lagi deret angka yang mesti disesali. Setiap bilangan umur yang bertambah, ada ruang pendewasaan diri yang harus terlaksana. Memilah dan memilih laksana menanam dan menuai, memaknai dan memahami sering kali berdasar sekian banyak pengalaman dan gambar masa silam
Hari ini mungkin seribu dosa masih tersisa, jutaan salah senantiasa mengiringi setiap langkah. "Itu manusiawi" kata orang bijaksana, memperbaiki diri bukanlah kerja muda tanpa derita. Butuh jutaan langkah untuk membuat diri ini senantiasa waspada, mampu menjaga langkah dan lidah dari celaka
Sampai di titik mana kini aku berada, adakah kata dan langkah telah seirama? Adakah niat dan usaha telah berselancar dalam jalurnya. Uban di kepala bisa jadi pertanda saatnya akan segera tiba, tubuh yang mulai ringkih seakan isyarat untuk lebih koreksi diri
Gambar mana yang telah mempengaruhi diri, riak kehidupan seperti apa yang akhirnya memercikan kesadaran. Jutaan gambar telah terekam ingatan, mungkin saatnya aku menyelami setiap gelombang kehidupan. Seperti apa adanya, seperti hakikat dan makna di sebaliknya
Bagan batu, 1 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H