Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Terlalu Dalam Aku Mengubur Kenangan

22 Februari 2020   07:22 Diperbarui: 22 Februari 2020   07:31 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika pertama kali hati ini terluka, ku biarkan air mata membasuhnya. Perih teriris pada selaksa rasa, patah berderak setiap kali ku titipkan sebuah nama. Berulang hingga air mata menggenangi pelataran hati, mengering untuk kemudian terluka lagi

Untuk yang keseratus kali, air mata telah mengering sekedar untuk mendinginkan derita. Hatiku mulai berdarah, membusuk dan bernanah di gores sekian nama menghujam kecewa

Ku gali padang gersang sebagai kuburan duka, mencampakan segala kepedihan kedalamnya, menimbunya dengan segala sesal dan kenangan yang masih tersisa. Tanpa lagu gugur bunga sebagai pengiringnya, tanpa tabur bunga sebagai penutup semua cilaka

Tapi aku terlalu dalam mengubur kenangan. Di saat aku merindukan air mata yang dulu pernah ku punya, di saat kini aku merindukan hatiku walau dulu sering tersakiti, aku tak mampu menjangkau kenangan itu, aku tak mampu sekedar merasakan tanah basah bekas air mataku tertumpah

Kemana kini hendak ku cari kepingan hati, biarlah penuh luka dan bernanah, tapi aku merindukanya. Kini jasadku tanpa hati tanpa air mata, tanpa benci tanpa rindu yang bisa menimbulkan sejuta rasa 

Bagan batu di akhir pekan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun