Suara dengan aneka warna bekejaran membentuk suasana, tangisan tanpa air mata mengiringi di pinggir gelanggang. Tiap sebentar tembok tinggi roboh berserakan, menimbun kebenaran yang kian teetanam dalam, tak mampu mempertahankan secuil kenyataan
Garis-garis suara melintang, memutar, membelit kesegala arah. Derit daun pintu berhimpitan dengan protes para pendemo, suara mencicit anak burung pemangsa di sebalik dinding, menambah kacau suasana, menghadirkan kengerian tak terkira
Jubah-jubah kebesaran berhias tetesan darah, wqjah-wajah angkuh gelisah kehilangan suara. Tangis bayi di kejauhan bak orkestra, mengalun mengoyak dada, menghujam menusuk jiwa
Tarikan napas bagai sirene lokomotif, berat sarat beban bertumpuk dan berhimpit. Setiap jalan di penuhi lolongan panjang, meraung dan menjerit meluapkan nelangsa batin. Adakah yang bermakna dari itu semua?
Bagan batu 28 desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H