Senja tiba-tiba telah duduk di beranda rumah, Aroma wanginya memenuhi setiap jengkal bayangan yang tercipta, kadang meliuk-liuk menutup celah rindu menggantung di dinding, terkadang tegak diam dalam buaian angin. Aura senja menjamah semua benda yang ada, kabar bahagia sepertinya ingin segera di hadapkan, entah masa lalu atau masa depan
Seketika aku teringat wajah ibu, berkelebat cepat menyergap kesadaran yang hampir lumpuh. "Di mana ibu?" Suara derit pintu seakan memutus anganku, Ya di mana ibu sekarang. Adakah ia tengah tersenyum bahagia di syurga sana, di layani ribuan bidadari dan peri bermata jeli? Ataukah beliau termenung memandang langit dunia, tempat bayangan anaknya memenuhi awan dengan gambaran sengsara
Ternyata senja menyadarkanku tempat berkeluh kesah telah tiada, menyapaku dari balik gulungan mega bersulam emas, melambaikan tangan memberi ingat dengan lembutnya, "awas! Jalan yang engkau tempuh penuh bujuk rayu, jangan engkau pernah tertipu, anaku."
Telah ribuan kali senja mengunjungi, telah jutaan kali isyarat suci selalu di beri. Tapi baru saat ini arti dan makna ku pahami, pesan dari alam ketinggian menghujam membelah hati
Bagan batu, seperti ketika itu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI