Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Rapuh

18 Oktober 2019   10:18 Diperbarui: 18 Oktober 2019   10:28 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiang-tiang utama penyanggah jiwa telah patah, berdentum nyaring ketika patahanya mengagetkan diri, dinding-dinding hati mulai rapuh, compang-camping di sana-sini sangat menyedihkan

Daun jendela tempat nalar memandang terbelah dua, tak mampu lagi cahaya kebenaran mengetuknya, terhalang oleh serpihan yang menyampah, jaring laba-laba memperburuk suasana

Bagaiman tidak kan rapuh, bila pondasi kehidupan pecah-pecah, tanah tempat mengikat diri telah berubah, langit kesadaran acap kali ternodai aneka dusta

Melemah akhirnya secara nyata, masalah berubah petaka bila tak berusaha, jangan tunggu hingga atap keyakinan runtuh, jangan tunggu pondasi adab ikut rapuh

Bagan batu 18 oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun