Meringkuk di dinginya pagi, berharap mentari segera datang menghangatkan bumi, benarkah cahaya terhalang awan hitam di ketinggian? Ataukah sang mentari mulai lupa akan janji? Seribu tanya penuh harap, seribu penantiqn yang tak terjawab
Embun-embun tengah bersuka ria, bernyanyi dan menari mensyukuri tiadanya cahaya, sungguh kebahagian yang belum tentu sejuta tahun pernah tercipta, ketiadaan cahaya adalah pertanda tidak segera musnah, menikmati hidup lebih lama sungguh sebuah anugerah
Fajar pertama akhirnya datang juga, cahayanya segera di perebutkan makhluk dunia,semua ingin merasakan kehangatanya, semua ingin menikmati terang bersumber cahaya
Embun menitikan air mata, bukan lamanya hidup yang ia damba, bukan kemusnahan yang menjadi duka, kegembiraan seisi alam ternyata lebih mengharukan, terangnya dunia menimbulkan damai yang nyata
"Datanglah terang untuk semua, selimuti kehangatan alam semesta", Embun berucap dengan hati jernih tanpa kecewa, menerima takdir diri segera tiada. Saatnya nyanyian berakhir untuk sementara, undur diri ketika panas mulai mengusap dengan lembutnya
Bagan batu 18 oktober 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI