Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ndung dan Rang

17 Oktober 2019   17:45 Diperbarui: 17 Oktober 2019   19:26 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua menjadi satu dalam ikatan waktu, berbeda tapi mengharap tak berpisah selamanya, bagai siang dan malam di kemudikan waktu, bagai kemarau dan hujan yang di benci dan di rindu

"Ndung, datangalah mendekat hatiku, aku gelisah bila gelap telah menyapu semesta" pinta yang tak usah di tunda, harap yang ingin segera tercipta. Semua merasakan hal yang sama, kesendirian adalah menikam, rasa sepi membutakan perasaan

"Maafkanlah tak mampuku, Rang. Aku telah terkorban di putaran waktu" bersama tapi tak mampu menyapa, berdua seakan terpisah. Adakah yang lebih menyiksa dari memendam rindu? Adakah yang lebih menyakitkan dari bersama tapi tak mampu bercerita?

Dinding-dinding tak tampak menyekat ingin, ruang-ruang hampa menghambat nada suara, hanya tatapan mata saling berkisah, membagi pedih di hati, menuangkan gelisah yang tak bertepi

Layu-layulah dalam pandangan, gugur-gugurlah ketika berdekatan, menangis tak menitikan air mata, meronta tak mengubah apa yang tercipta. Ndung dan Rang saling berangkulan dalam bayangan, ketika hembusan angin menerbangkan kelopaknya satu persatu

Bagan batu 17 oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun