Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Gadis Perih Mengurai Air Mata Sepi

17 Oktober 2019   08:28 Diperbarui: 17 Oktober 2019   08:40 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rongga dada penuh dengan gemuruh, air mata telah tertumpah sepanjang kisah, kesedihan memeluknya di setiap hembusan napas, berlaripun tak kuasa menuntaskan kegetiran, bersembunyi menenggelamkan hati tak jua meresahkan. Nasip telah mempermainkan, suratan tangan di penuhi guratan penderitaan

Senja ini ketika cahaya makin buram, meletakan risau yang menggunung pun tak tahu, kemana hendak di rebahkan raga yang lelah? Kemana hendak di teduhkan jiwa yang penuh bara membara

Di setiap jejak yang di tinggalkan, goresan luka tak mau mengering di terpa angan, rasa nyeri jelas tergambar di tanah gersang, tetes air mata menempel di pucuk dedaunan. "Aku harus bagaimana menyudahi takdir?" Keluhnya suatu saat kepada angin ia meratap

Bagan batu 17 oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun