Rongga dada penuh dengan gemuruh, air mata telah tertumpah sepanjang kisah, kesedihan memeluknya di setiap hembusan napas, berlaripun tak kuasa menuntaskan kegetiran, bersembunyi menenggelamkan hati tak jua meresahkan. Nasip telah mempermainkan, suratan tangan di penuhi guratan penderitaan
Senja ini ketika cahaya makin buram, meletakan risau yang menggunung pun tak tahu, kemana hendak di rebahkan raga yang lelah? Kemana hendak di teduhkan jiwa yang penuh bara membara
Di setiap jejak yang di tinggalkan, goresan luka tak mau mengering di terpa angan, rasa nyeri jelas tergambar di tanah gersang, tetes air mata menempel di pucuk dedaunan. "Aku harus bagaimana menyudahi takdir?" Keluhnya suatu saat kepada angin ia meratap
Bagan batu 17 oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H