Aku masih tetap aku, berdiri mematung menyangga matahari di tengah bumi, membakar tapak tangan hingga menghitam merusak hati. Perih? Jangan engkau tanya lagi rasa sakit yang menjangkiti, perih adalah permainan hati, sedang rasaku telah mati
Aku masih tetap aku, menjejak bumi dengan hentakan kaki, menjelajahi samudera raya dengan kata-kata, menyeberangi angkasa hingga ke ujung cakrawala. Aku tetap di sini, membatu mengurat bumi, anganku terbang bersama angin, jiwaku mengapung sejengkal dari nalar
Aku masih tetap aku, memandang lalu lalang bagai irama tak beraturan, wajah-wajah tegang memendam keinginan. Aku masih menjadi saksi keserakahan, jiwa-jiwa rapuh tersiram keculasan
Aku masih tetap aku, yang menangisi kehidupan di pagi dan petang, tak mampu mencegah selain menyaksikan. Aku masih tetap aku, darah mengental kadang mendidih melihat kesewenang-wenangan, tapi tetap terdiam di tengah-tengah keriuhan. Ini baru menyakitkan
Bagan batu 16 oktober 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI